Sudah di tahun 2022
Di bulan-bulan menuju akhir tahun lalu, saya memang memutuskan tidak menulis dulu di blog ini.
"Isi kepala sedang ramai," itulah yang terjadi. Ya, ramai dengan bermacam hal yang membuat tidak fokus dalam menulis. Keinginan untuk mulai membuat outline buku kedua juga tersendat, rapuh sekali otak ini hahaa ...
Dan satu dari keramaian isi kepala pada saat itu adalah terlalu baper tentang bagaimana menentukan perjalanan homeschooling di fase terstruktur ini. Sebaiknya sudah mulai menggunakan metode tertentu kah? Karena seperti yang diketahui bahwa ada beberapa metode atau model homeschooling yang bisa di pilih oleh masing-masing keluarga. Diantaranya adalah School at Home, Unschooling, Eclectic, Waldorf, Classical, Charlotte Mason dan Montessori. Dari sekian model homeschooling tersebut memang metode Charlotte Mason lah yang dari sebelum memutuskan untuk ber-homeschooling sudah sangat menarik perhatian meski di beberapa prinsipnya sangat berat bagi keluarga banyak santainya seperti kami.
Pilihan untuk menggunakan metode tertentu ini atau tetap saja di zona tanpa metode dengan berbekal intuisi seorang homeschool mom kok terjadi lagi? ... Yang pernah membaca blog saya di chapter Homeschooling Itu "Belantara" pasti paham awal dari pusaran soal cerita berulang ini dengan tambahan semakin tertarik dengan salah satu metode populernya. Meresahkan sih karena dua kali dipermasalahan yang sama rasanya itu sedikit ada horor-horornya meski tidak sehoror suara gelegak air dalam dispenser di tengah malam. So, apa benar kehidupan homeschool mom prosentase gundahnya lebih banyak? Bisa jadi!
Kalau rindu itu berat, proses perjalanan homeschooling itu tanpa beban jika paham alurnya. Meski momen yang membawa kebaperan dapat terjadi tiba-tiba, entah karena paparan media sosial ataupun melalui percakapan dengan beberapa praktisi sekolah rumah. Oleh karenanya pertimbangkan benar-benar sebelum memasuki homeschooling zone. Jangan sampai kena mental kata anak muda revolusi industri ke 4 ini. Terus belajar memanglah kunci utamanya, terutama belajar tidak baperan ya hahaa ...
Mempelajari pengalaman beberapa teman seperjalanan, saat di fase terstruktur selalu terjadi galau bertingkat. Memang tidak bisa dihindari seperti saat bertemu ular di tengah blok perkebunan saat lintas alam bersama si bocah homeschooler, maka sebaiknya diam, sejenak. Biarkan suasana hening, biarkan dia melintas, biarkan alam yang menariknya menuju perdu dan semak. Sebagaimana alam mengajarkan hal tersebut, begitu pula yang sebaiknya dilakukan untuk meredam suasana hati dan pikiran.
Hal pertama yang menjadi pilihan untuk menemukan jawabannya adalah berjarak dengan media sosial, kembali memperdalam banyak hal tentang sejarah persekolahan, tentang bagaimana pendidikan sebelum adanya persekolahan dan bagaimana cara manusia di masa tersebut mewariskan tradisi leluhur, budaya setempat, nilai-nilai kesopanan, agama, adat istiadat, berbagai macam ketrampilan serta ilmu pengetahuan lain dari generasi ke generasi.
Kemudian membaca ulang dan memahami setiap kata dan kalimat di Sekolah Itu Candu karya Roem Topatimasang terbitan 1998, benar-benar dapat menjadi pelipur lara, obat dari keramaian isi kepala karena terpapar beberapa hal yang sedikit membuat guncangan saat menjalani sekolah rumah tunggal ini. Yang realitanya cukup sering membutuhkan suplemen jiwa.
Enam bulan, semacam di detox, perlahan dipulihkan oleh angin ekstrim di cuaca tak menentu awal tahun 2022 ini. Menjadi homeschool mom di tengah perkebunan kelapa sawit memang menyajikan berbagai tantangan. Tetapi saat dapat merasakan setiap birama yang terdengar dari sunyinya pagi hari, suara alam kala senja bahkan resonansi hujan petir di gelap gulitanya malam hari semakin menyakinkan bahwa setiap jiwa yang dapat selaras dengan kehidupan di perkebunan ini hanyalah orang-orang tertentu. Begitu pula ketika menjadi homeschool mom di sunyinya perkebunan, itupun dapat terlewati karena telah menjadi yang terpilih akan mampu menjalaninya. Homeschooling memang satu panggilan kuat dari dalam hati yang kemudian perlahan menjadi way of life.
Kegundahan-kegundahan yang ada memang sudah sewajarnya terjadi. Itu menunjukkan bahwa kita bertumbuh dalam passion untuk memperbaiki proses panjang perjalanan Kelas Tanpa Sekat ini menjadi lebih tertata, terstruktur lagi. Tak mengapa meski terstrukturnya dengan ala-ala homeschooler santuy macam kami ini. Dalam homeschooling semuanya sah dan boleh-boleh saja, tetapi dengan batasan-batasan tertentu pastinya. Karena jika terlalu ke tepian maka hanya akan membenarkan kepentingan diri sendiri, tidak ada toleransi dan radikalisme lah yang akan menghampiri.
"Memaknai bahwa menjadi homeschool mom adalah Renjana. Satu passion, satu kegembiraan, satu hal menyenangkan yang berharga untuk diperjuangkan. Maka di saat itulah semesta akan bergerak memberi tanda untuk menemukan kembali Renjana yang sempat tertindis."
Salam bertumbuh dengan gembira dari Kelas Tanpa Sekat
Pulau Pinang, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur
No comments:
Post a Comment