Assalamualaikum ....
Karena masih dalam rangkaian hari-hari nan suci, ijinkan kami sekeluarga mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Fitri untuk semua yang merayakannya. Maafkan salah dan khilaf jika di blog ini ada tulisan yang mungkin kurang patut dan tidak berkenan di hati.
Dan bagaimana liburan Hari Raya kali ini? Pastinya berbagai cerita bahagia bertemu keluarga yang akan menjadi pembicaraan dalam beberapa hari ke depan.
Hmm .... Semua karena Lebaran memang selalu penuh kenangan di setiap tahunnya. Begitupun dengan Lebaran keluarga kami, selalu ada cerita tersendiri yang akan menjadi topik pembicaraan serta candaan keluarga.
Seperti kami yang sudah lima kali Lebaran merayakannya di perkebunan, tentu saja ada bermacam cerita dibalik keputusan berlebaran di tempat yang sunyi ini. Berada jauh dari perkotaan dan tentu saja belum bisa berkumpul dengan keluarga besar tidak pernah membuat kami kehilangan makna Ramadhan serta Idul Fitri.
Berkesadaran penuh kami berpuasa dan berlebaran dengan bahagia bersama keluarga-keluarga seperantauan di sekitar kami.
Tahun ini sungguh istimewa setelah Ramadhan tahun lalu 14 hari lebih kami harus berjuang melawan covid 19. Dan Ramadhan kali ini kami serta si mas pesekolah rumah sudah benar-benar bisa menjalani rutinitas yang ada di bulan suci.
Alhamdulillah secara alami muncul beberapa hal yang dapat mengajarkan pada si mas pesekolah rumah tentang betapa mulia serta bersahajanya bulan Ramadhan dan Syawal. Perkembangan yang kami harapkan terjadi di waktu yang sudah semestinya. Semua yang alamiah tanpa paksaan memang selalu menyenangkan meski mungkin tampak lambat bagi keluarga lainnya. Tak mengapa, memang seperti inilah hakikat dari organic homeschooling yang kami jalani.
Dan, satu bulan ini saat senja tiba, homeschooler kami selalu berbuka bersama teman-temannya di masjid, mereka berbuka dengan bermacam makanan bersahaja khas masyarakat setempat. Terkadang dia akan pulang setelah sholat maghrib dengan membawakan saya sepotong kue atau satu kotak nasi lengkap dengan lauknya, katanya "Ini buat ibu ..." tapi tak jarang dia akan melanjutkan sampai selepas sholat tarawih baru pulang. Itulah caranya bersosialisasi meski tidak bersekolah formal. Kami membebaskannya mengeksplor segala yang ada di perkebunan ini dengan batasan-batasan tertentu.
Kembali tentang suasana bulan mulia ini di sunyinya perkebunan. Tidak adanya pasar Ramadhan di tempat tinggal kami seperti halnya di perkotaan adalah satu keindahan tersendiri untuk mengenal warna bulan puasa seperti dulu di tahun-tahun sebelum bergeloranya kesenangan berkuliner seperti sekitar 17 tahunan terakhir ini. Memang ada beberapa ibu-ibu yang menjajakan makanan untuk takjil tetapi itu pun dapat di hitung dengan jari. Tidak ada euforia hilir mudik sore hari membeli menu berbuka, semua nampak seperti dalam kenangan masa kecil saya dan suami. Hanya ada hal indah menunggu berbuka dengan melakukan kegiatan yang bermanfaat bersama teman atau hanya di rumah sambil membantu menyiapkan menu berbuka.
Sebenar-benarnya pembelajaran dalam satu bulan penuh untuk si mas pesekolah rumah memahami bagaimana rutinitas yang terjadi di bulan Ramadhan dan Syawal. Dan homeschooler kami selama Ramadhan sudah bisa menjalaninya dengan penuh kesederhanaan. Ini sudah lebih dari cukup untuk membuat kami bersyukur dapat merayakan 1 Syawal di mana saja.
Saat kembali melihat berita di televisi dan di beberapa platform media sosial tentang kemacetan arus mudik tahun ini menjadi satu bentuk kegembiraan pula. Ikut senang beberapa teman dalam circle keluarga juga sudah bisa kembali mudik dengan suka cita. Doa-doa menyertai mereka, selamat sampai tujuan dan kembali lagi ke perkebunan dengan baterai semangat yang penuh.
Dan di pagi hari raya dengan hal tersyahdu saat bersujud, berbisik pada bumi untuk Dia yang ada di langit dalam harumnya Idul Fitri nan sunyi. Berjamaah dengan beberapa keluarga yang tersisa karena tidak mudik ke kampung halaman menyisakan bahagia tersendiri dan akan menjadi kenangan yang tidak tergantikan.
Inilah cerita Bulan Bersahaja keluarga kami tahun ini. Bagaimana dengan keluarga teman-teman, semoga cerita bahagia yang selalu bisa dibagikan. Salam bertumbuh dengan gembira dari dalamnya hutan hujan Kutai Kartanegara.
Banyak beterbangan kunang-kunang
Cahayanya menerangi sisi hutan
Idul Fitri telah datang
Sekali lagi apabila ada salah dan khilaf mohon dimaafkan
.
Mei 2022,
Kutai Kartanegara
No comments:
Post a Comment