Sunday, May 10, 2020

Pertolongan Pelepah Sengkleh


Berjalanlah, bergeraklah, bernafaslah yang dalam.
Hirup dan hembuskan perlahan, rasakan damainya hidup bersama daun dan angin.



Tidak ada yang sia-sia saat kita mantap memilih jalan berkelok sekalipun, karena di hampir setiap kelokan sesekali akan ada rest area untuk sejenak menyegarkan tubuh. 
Sama halnya setelah memutuskan memilih jalan menjadi keluarga Homeschooling, saya menjadi seorang yang "berbeda". Yang sebelumnya selalu surfing di toko-toko online berburu barang-barang antik atau peralatan dapur tiba-tiba beralih menjadi penggemar situs project for kids, how to start homeschool, how to be a homeschool mom dan tentu saja parenting sites.
Isi kepala hanya bagaimana merancang keseruan bersama si bocah dalam kegiatan Sekolah Rumah, karena akan ada hari-hari yang panjang bersamanya dari bangun pagi sampai senja menjelang dan malam terbentang untuk mengistirahatkan penghuni dunia. 
 Kesenangan baru itu membuat saya lupa bahwa persiapan mental adalah yang utama dan ketenangan hati serta pikiran adalah bekal bagi para pemula dalam penyelenggaraan Sekolah Rumah, mindset juga harus pelan-pelan di geser, belajar itu bukan hanya melulu tentang akademis tetapi ada banyak hal lain yang ternyata lebih penting yaitu karakter dan life skills. Semua itu perlu yang namanya kesabaran dalam berproses, tidak instan tiba-tiba terlihat hasilnya dalam sepersekian hari.

Di awal Ramadhan 2019, cuaca hangat cukup membantu saya menetapkan inilah hari pertama memulai kegiatan Homeschooling. Jadwal sudah tersusun rapi, dengan harapan akan dapat terpenuhi sesuai dengan keinginan hati. Dan karena berada di perkebunan itu terkadang serasa mempunyai pulau sendiri yang di tumbuhi beraneka anggrek liar, tanaman paku raksasa, dan di huni oleh bermacam spesies serangga juga burung-burung berparuh kuning, maka eksplorasi alam akan sangat menyenangkan untuk dijadikan menu sehari-hari apalagi si bocah adalah anak yang lebih suka bergerak daripada duduk diam memandang gawai.


Kegiatan seharian untuk kali pertama itu mengalir perlahan, pagi diawali dengan jalan menyusuri blok-blok perkebunan. Tracking yang membuat tandon mood bahagia terisi penuh. Manfaatnya bukan hanya dapat menghirup segarnya aroma daun berembun tetapi juga dapat belajar tentang alam, tentang rasa syukur, tentang menguatkan kaki, otak dan seluruh raga. Sembari berjalan obrolan bergulir meluas, tidak hanya seputaran mengagumi warna oranye tanah perkebunan saja tetapi sampai jauh mengenai proses terbentuknya limbah cair yang dihasilkan dari sisa pengolahan kelapa sawit. Percakapan yang terlalu tinggikah untuk anak berumur 6 tahun 10 bulan pada saat itu? Tidak, karena itu terjadi dari rasa ingin tahu si bocah sendiri bukan belajar karena di minta untuk mempelajarinya.

Di beberapa waktu setelahnya perjalanan pagi mengeksplor alam memang menjadi menu yang di tunggu, paru-paru semakin segar karena tidak berjalan di antara hingar bingar asap berpolusi dari knalpot kendaraan yang sibuk dengan aktifitas mengantar tuan-tuannya sampai ke tempat tujuan.


"Pagi hari di bawah matahari khatulistiwa, di antara pelepah-pelepah sengkleh pohon kelapa sawit tua, di kelilingi suara-suara satwa di balik rimbunnya flora dan kepak sayap burung bubut coklat muda memang serasa berada di Isla Sorna tempat Dinosaurus bertahta."





No comments:

Post a Comment